Ayam Negeri atau Broiler ini merupakan hasil rekayasa genetik ayam (genetic modified organism/ tidak organik kalau bahasa umumnya) yang bertujuan agar ayam cepat gemuk dan bisa dipanen pada umur 35 hari.
Sedangkan, Ayam Kampung itu tidak lewat rekayasa genetik atau ya alami seperti itu (kampung tulen lah). Bandingkan saja ayam kampung dgn ayam pedaging pada umur yg sama (35 hari). Pastinya ayam kampung jauh lebih kecil.
Kenapa ayam kampung lebih sehat? Karena bukan hasil rekayasa genetik, ayam umumnya dipelihara dengan diumbar (tidak di kandangkan) sehingga ayam justru mencari makan sendiri, tidak disuntik atau diberi hormon yang mempercepat pertumbuhan sehingga lebih aman.
Oleh karena itu, ayam kampung dianggap lebih sehat tapi karena pemeliharaan yang memakan waktu lama menyebabkan harga ayam kampung lebih mahal.
Ini terkait dengan efisiensi pemeliharaannya. Ayam pedaging pemeliharaannya amat intensif dan efisien, sehingga tingkat FCR (Food Convertion Ratio/perbandingan jumlah pakan yang menjadi daging)-nya rendah. Dengan kata lain, dengan jumlah pakan lebih sedikit, akan dihasilkan daging yang lebih banyak untuk ayam pedaging.
Sedangkan pada ayam kampung, FCR-nya tinggi, harus diberi pakan lebih banyak untuk menghasilkan sejumlah daging yang sama dengan ayam pedaging. Karena ayam kampung ini cara pemeliharaannya dilepas, jadi dapat berkeliaran kemana-mana, banyak energi dari pakannya terpakai untuk berkeliaran itu. Hasilnya, ayam yang lebih sehat tapi tekstur dagingnya berbeda. Selain biaya pakan yang lebih besar, cara pemeliharaan ini juga membutuhkan lahan lebih luas. Seumpama di lahan 3 X 5 M dibuat kandang untuk ayam pedaging dua tingkat, ini dapat memelihara sampai 100 ekor ayam, sedangkan untuk ayam kampung paling banyak 10 ekor ( terkadang malah lebih sedikit lagi).